Saturday, December 19, 2009

Gagal Jadi Cleaning Service, Malah Jadi orang Kaya

Disadur dari eramuslim by Fathuddin Jafar

Seorang pemuda tamatan SMA melamar pekerjaan menjadi cleaning cervices di perusahaan paling kesohor di negaranya. Setelah tes dan wawancara, sang pemuda tadi diberi tahu oleh manager SDM perusahaan tersebut bahwa ia dinyatakan lulus. Manager SDM berkata kepadanya : Terkait dengan kapan Anda mulai bekerja dan apa saja yang akan menjadi kewajiban Anda, nanti akan diinformasikan langsung via email.

Mendengar kata “email” itu, sang pemuda tadi berkata dengan santai : Saya gak punya komputer dan gak punya email pak… Lalu, sang manager SDM kaget sambil berkata : Hari gini Anda gak punya email? Yang gak punya email berarti ia mati dan orang mati tidak berhak bekerja. Kalau begitu, Anda dinyatakan gagal. Mendengar ucapan tersebut pemuda yang tadinya terlihat gesit dan semangat itu, tiba-tiba lemas dan terlihat amat kesal bercampur kecewa. Mukanya jadi lesu dan pandangannya jadi ngambang.

Tak lama kemudian, ia pulang sambil menelan kepedihan dalam hati yang tak terhingga. Pupus sudah impian dan cita-citanya untuk bekerja di perusahaan besar itu, hanya gara-gara tidak memiliki saluran komunikasi maya yang bernama “email”.

Dalam perjalanan pulang menuju rumah, sang pemuda itu berfikir dan merenung dalam-dalam apa kira-kira pekerjaan yang mungkin lagi ia lamar. Bekal hidup semakin hari semakin menipis dan bahkan uang yang dimilikinya tak lebih dari 100 ribu rupiah. Ia mulai menimbang dan berkalkulasi. Dalam hatinya berkata : Kalau uang tersebut dijadikan biaya transportasi melamar pekerjaan dan untuk keperluan makanan, paling hanya cukup untuk tiga hari. Tiga hari itu tentulah tidak cukup waktu untuk melamar dan menunggu hasil tesnya. Itupun kalau lulus. Kalau tidak? Yang terjadi adalah, bekal habis, pekerjaanpun tidak dapat.

Setelah berfikir panjang dan merenung dalam-dalam, terbetik dalam hati kecil sang pemuda itu untuk merubah haluan pikirannya, yakni dari mencari kerja menjadi pedagang. Trauma ditolak menjadi kariawan hanya gara-gara tidak punya email, membuat pemuda tersebut semakin kuat dorongannya untuk mencoba berdagang. Bukan hanya banting ster pemikiran, arah jalanpun ia putar dari menuju rumah menjadi menuju pasar.

Setelah keputusan itu diambilnya dengan mantap, ia turun dari kendraan umum yang mengarah ke tempat tinggalnya dan naik kendraan umum lain yang menuju pasar sayur-sayuran dan buah-buahan. Sesampaianya di pasar yang tergolong paling crowded dan becek itu, ia berfikir lagi apa gerangan yang paling pas ia dagangkan dengan modal 75 ribu rupiah sehingga sisanya yang 25 ribu rupiah lagi bisa ia pakai dan manfaatkan untuk transportasi dan biaya makan paling tidak untuk satu hari.

Sebelum memutuskan membeli barang dagangannya, ia berkeliling ke semua pojok dan kios perdagan buah-buahan dan sayur-sayuran yang ada di pasar itu. Tak kurang dua jam lamanya ia berkeliling ke sana dan kemari. Dalam hatinya timbul pertanyaan: pasar sebesar ini, masak brang-barangnya tidak terlalu banyak sehingga sulit melakukan pilihan. Apalagi sayur-sayuran yang ada terlihat tidak terlalu segar.

Melihat kondisi seperti itu ia memberanikan diri bertanya pada seorang pedagang yang sedang duduk-duduk sambil menikmati secangkir kopi di kiosnya : Pak? Mau tanya, ucap anak muda itu. Kalau mau cari buah-buahan atau sayur-sayuran yang segar di sebelah mana ya? Bapak berumur setengah baya itu dengan gembira menjawabnya : Begini dek.. sekarangkan sudah sore.

Buah-buahan dan sayur-sayuran yang segar sudah habis sejak tadi siang. Kalau adik mau yang segar dan baru, nanti malam sekitar jam 23.00 datang lagi. Para pedgang besar dan supplier biasanya datang membawa barang dagangannya ke sini jam segitu. Nanti kamu bisa pilih sepuasnya…

Mendengar keterangan si bapak pemilik kios itu, anak muda itu menghadapi masalah pelik baru, yakni antara menunggu atau pulang dulu ke rumah, nanti jam 23.00 malam baru datang lagi. Menunggu bukanlah pekerjaan yang mudah. Pulang juga bukan pilihan yang baik, karena akan memakan ongkos yang cukup lumayan dan sudah pasti mengurangi modal yang ada. Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk menunggu sampai jam 23.00 di mana suasana pasar akan berubah 180 derajat dari suasana yang dilihatnya saat itu.

Sambil menunggu waktu perdagangan malam tiba, ia menemukan ide yang cukup bagus, yakni diskusi dengan si bapak pemilik kios tadi seputar hal ihwal perdagangan sayur dan buah-buahan. Tujuannya tak lain, kursus kilat berdagang sayur-sayuran atau buah-buahan. Pemilik kios tersebut dengan ramah dan senang hati menerima tawaran anak muda itu.

Diskusipun berjalan serius dan terkadang seram, khususnya saat bapak itu bercerita kondisi sulit waktu menghadapi beberapa kali usahanya bangkrut sehinga ia dan keluarganya jatuh miskin. Namun, kata bapak itu, adik jangan takut karena bersama kesulitan, pasti ada kemudahan. Itu janji Allah, kata bapak tadi, dan bapak merasakannya berkali-kali dalam kehidupan ini. Kesulitan artinya mengundang kemudahan, lanjut bapak tadi. Diskusipun terjadi selama sekitar enam jam, hanya disela shalat magrib dan isya.

Sekarang jarum jam telah menunjukkan angka 23.00. Para pedagang besar muali berdatangan dengan truk-truk yang penuh sesak buah-buahan dan sayur sayuran. Para kuli bongkarpun dengan cekatan dan penuh semangat mengeluarkan barang-barang dari dalam truk-truk besar itu.Tidak sampai dua jam, pasar yang tadinya kosong menjadi tumpukan buah-buahan dan sayur-sayuran segar. Mendadak saja pasar menjadi sangat ramai oleh kehadiran para pedagang yang datang dari berbagai penjuru kota untuk membeli keperluan dagangan mereka dan dijual kembali esok harinya di warung mereka atau disuplai ke pelanggan-pelanggan mereka.

Tak dirasa anak muda itupun larut dengan suasa yang sangat hidup itu. Rasa capek dan ngantukpun hilang. Ia mulai melihat ke sana ke mari sambil memutuskan jenis barang dagangan apa yang akan ia beli. Tiba-tiba matanya tertuju kepada tumpukan tomat segar dan matang, bening dan berwarna kemerah-merahan yang menumpuk di dalam satu kios yang terletak di blok yang berbeda dengan kios seorang bapak yang menjadi trainer dan teman diskusinya saat menungu waktu perdagangan tiba. Akhirnya anak muda itu memutuskan membeli satu boks tomat matang dan segar itu. Ajaibnya, setelah ia tanya kepada sipedagang, harganya pas sejumlah uang yang telah disiapkannya, yakni 75 ribu rupiah. Satu boks itu berisi 25 kg tomat segar dan berkualitas baik.

Akhirnya anak muda itu membeli satu boks tomat matang segar seharga 75 ribu rupiah. Iap segera pulang sambil mencari omprengan menuju rumahnya. Ia sampai ke rumah pas waktu azan subuh berkumandang. Rasa ngantuk ia lawan sekuat tenaganya. Setelah mandi dan berwudhuk, ia putuskan untk tidak meninggalkan kebiasaannya shalat subuh berjamaah di masjid dekat rumahnya, kendati belum tidur sama sekali. Setelah shalat jamaah selesai, seperti biasa, ia membaca dzikir yang disunnahkan Rasul Saw. Setelah itu ia larut dalam doa’. Di antaranya :

Yaa Allah! Engkau Maha Tahu dan hamba tidak tahu sama sekali mana yang lebih baik buat dunia hamba, agama dan akhirat hamba. Jika berdagang ini lebih baik bagi hamba, agama dan akhirat hamba, maka mudahkanlah dan mohon diberkahi, yaa Arhamarrahimiin…

Saat pulang dari masjid menuju rumah, kalkulasi dan feeling bisnisnya mulai tumbuh. Dalam hatinya berkata : 75 ribu rupiah, dibagi 25 kg sama dengan 3 ribu rupaih perkilogramnya. Agar aku tahu harganya di tingkat eceran, aku harus mengecek berapa harga tomat di warung dekat rumahku. Setelah ditanya, pemilik warung itu menjelaskan harganya 6 ribu rupiah perkilogramnya. Mendengar jawaban si pemilik warung itu, ia berkata dalam hatinya : Kalau satu boks tomat yang aku beli tadi malam habis terjual semuanya hari ini, wah… aku bisa dapat keuntungan 100 % dong? Dibeli 3 ribu rupiah dan dijual 6 ribu rupiah perkilonya. Kalau saja aku berjualan 6 hari sepekan berarti sebulan 24 hari. Kalau sehari aku dapat keuntungan 75 ribu rupiah, berarti dalam sebulan aku bisa dapat keuntungan satu juta delapan ratus ribu rupiah. Artinya, dalam sebulan aku mendapat keuntungan 2.400 %. Subhanallah…

Begitulah hitung-hitungan bisnis mulai tumbuh dan berkembang dalam benak anak muda itu. Agar tidak buang-buang waktu, ia segera mengambil sepeda bututnya untuk dijadikan kendraan kelilingnya di daerah tempat tinggalnya sambil membawa satu boks tomat segar dagangannya.

Dengan mengucap basmalah dan penuh tawakkal pada Allah, ia mendayungkan sepedanya sambil berteriak : Tomat segaaarr… ibu-ibu tak perlu jauh-jauh ke warung membelinya… kualitas barangnya terjamin…. Harganya bersaing…. Hampir setiap ibu-ibu mendengar suara aneh itu membuka pintunya dan membeli tomatnya, ada yang seperempat kilo, ada yang setengah kilo dan bahkan ada yang dua kilo.

Di antara para pembeli tomatnya ada seorang ibu yang kaget terheran-heran sambil berkata : Eh? Kamukan anak si Fulan? Bukannya kamu lulus menjadi kariawan perusahaan ternama itu? Kok sekarang malah menjadi pedagang tomat asongan? Kasiaan deh kamu? Anak muda itu tak menjawab pertanyaan ibu itu. Ia hanya tersenyum saja. Dalam hatinya berkata, yang penting aku dapat uang, dari kerja kek, dari dagang keliling kek, yang penting halal dan cukup buat kebutuhan hidupku dan orang tuaku..

Tak terasa anak muda itu berhasil menjual semua barang dagangannya hanya dalam tempo tiga jam saja. Hatinya gembira tak terkira. Artinya, sekitar jam 09.00 pagi dagangannya sudah habis terjual dan ia mendapat keuntungan 75 ribu rupiah, artinya untungnya seratus persen. Semangat bisnisnya semakin meningkat. Tawakkalnya pada Allah semakin besar.

Begitulah kegiatan anak muda itu setiap hari, setiap pekan dan setiap bulan. Uangnya tak terasa semakin banyak. Bahkan usahanya sudah merambah ke berbagai jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Hanya dalam tiga tahun, ia sudah bisa membeli tiga mobil niaga yang digunakan mengirim dagangannya ke berbagai warung dan super market karena ia sudah menjadi supplier handal.

Bersamaan dengan pertumbuhan bisnisnya, tawakkalanya pada Allah semakin tebal. Keyakinannya pada Rasul Saw. semakin besar, sambil berkata dalam hatinya :
Sungguh benar Engkau wahai Rasulullah tercinta, bahwa pintu rezki yang lapang itu ada pada perdagangan, bukan pada kerja dan jadi kariawan.

Sambil meneteskan air mata syukur, ia berkata :

Yaa Robb… sekiranya aku dulu punya “email”, aku diterima jadi clearning cervices di perusahaan besar itu. Paling gajiku standar UMR, alias satu koma dua juta. Itupun setelah beberpa tahun bekerja.

Sekarang, omset bisnisku sehari hampir 10 kali lipat gajiku sebulan… Yaa Allah…Ini adalah cobaan terbesar dalam hidupku apakah aku jadi hamba-Mu yang bersyukur atau kufur. Karena itu, jadikanlah aku hamba-Mu yang bersyukur dan masukkanlah aku ke dalam hamba-hamba-Mu yang saleh.. Aamiiina yaa Robbal ‘alamin…

Sunday, December 6, 2009

Sukses di Properti



Pada kesempatan kali ini, ijinkan aku untuk sedikit berbagi tentang small winning yang kuperoleh dalam beberapa bulan terakhir ini. Hal ini berkaitan dengan transaksi tanah yang kumiliki.

Setahun yang lalu, atau lebih tepatnya 18 bulan yang lalu, saya membeli sebuah tanah kavling di Magelang, kota kelahiran saya. Dahulu memang rencana pembelian tanah itu memang aku niatkan untuk "murni" investasi. Dengan harga pembelian saat itu sebesar 65 juta rupiah dgn rincian uang cash 15 juta dan pinjaman (kredit) 50 juta. Selang berjalan 15 bulan sejak pembelian itu, aku mencoba untuk menjual kembali tanah tersebut. Tapi selama 3 bulan berurutan aku memasarkannya, belum juga laku terjual. Akhirnya dengan sedikit modal sebesar 2.5 juta, aku "menghias" kembali tanah kavling tersebut dengan memondasinya dan meratakannya kembali. Hasilnya dalam satu bulan terakhir ini banyak sekali tawaran yang masuk mulai dari 75 juta sampai dengan 90 juta. Tapi aku tetep keukeh dengan harga 100 juta. Sampai dengan akhirnya ada salah seorang pembeli dari kalimantan yang berminat dengan tanah tsb. Dia membuka tawaran sebesar 90 juta, tapi aku tetap bertahan dengan 100 juta, hingga akhirnya tercapai kesepakatan harga sebesar 95 juta dengan cacatan jumlah itu adalah jumlah bersih yang aku terima, sedangkan biaya balik nama dan pajak ditanggung oleh pembeli.

Ketika aku pulang kampung untuk menyelesaikan transaksi tersebut, dalam sekejab pembeli tersebut langsung membayar dengan cash lewat bank. Tanpa dinyana setelah transaksi tsb, hadir seseorang yang dulu sempat menawar dgn harga 85 juta, dan dia berani dengan tawaran yang lebih tinggi sebesar 110 juta. Wah, ini sebuah kerugian besar tapi mungkin rejeki saya memang bukan sebesar itu. Hehhehehe...

Ternyata bisnis properti sangat bagus sekali, kalo sebelumnya aku hanya mendapatkan teori sekarang aku sudah membuktikannya sendiri. Tak dinyana hanya sekedar bermodal 15 juta dapat tanah seharga 65 juta dan dalam waktu 18 bulan sudah untung +- 30 juta. Bayangkan nilai tsb bila dibandingkan kita menginvestasikan modal kita di bank (deposito), tentunya hasilnya ga bakalan sebesar itu.

Keep positif thinking...

Saturday, December 5, 2009

Oh...Primagama Semeru

Wiii...ternyata lama sekali aku ndak pernah update blog kesayanganku. Ternyata malam ini, setelah melihat kembali nasib blog-ku ini, aku terdorong untuk menambah postinganku. Iseng-iseng sambil melek nonton bola. hehehhehe...


Pada kesempatan kali ini aku akan sedikit berbagi cerita yang mungkin sudah cukup lama tak pernah aku lakukan. Kisah kali ini berkaitan dengan penjualan Primagama Semeru. Hal ini berawal saat Primagama Semeru terbebani oleh biaya kontrakan dan biaya perpanjangan licensi yang jatuh pada waktu yang bersamaan.

Hasil rapat terakhir dengan para pemilik saham, diputuskan bahwa sebanyak 56 % dari total owner berniat untuk melepas saham kepemilikannya karena keberatan dengan penambahan investasi ke bisnis ini. Sedangkan sisanya dengan bulat hati mantap untuk tetap melanjutkan bisnis ini. Sedangkan hasil pembagiannya akan dilakukan setelah tutup tahun ajaran ini.

Ditengah-tengah perjalanan, setelah keputusan bersama itu, aku melakukan itung2an lagi prospek bisnisnya (sesuai saran Mas Donny). Setelah dipikirin siang dan malam, dan menimbang kemampuan keuangan saya, maka dengan sesegera saya mengumpulkan kembali owner2 yang berminat untuk tetap bertahan dalam bisnis ini. Dalam kesempatan itu saya paparkan itung2an saya dan pandangan saya tentang bisnis ini. Saya katakan saja saya tidak sanggup lagi menanggung jalannya bisnis ini (dari sisi keuangan) karena saya masih menanggung juga urusan keuangan Primagama Sawojajar. Disamping itu saya sampaikan juga prospek bisnis ini ke depan dan segala estimasi pendapatan yang akan kita peroleh. Dan hasilnya disepakati bahwa kita akan menjual bisnis ini. Saya sampaikan kepada kepala cabang untuk segera mencari calon pembeli sebelum akhir bulan April kemarin. Hal ini karena di awal Mei kita di deadline untuk segera membayar biaya kontrakan sebesar 106 juta rupiah.

Sejak keputusan bersama itu, aku masih dilanda kebingungan yg sangat besar, karena mikirin dealine pembayaran kontrakan sebesar itu. Mungkin karena terlalu sering dipikirin (LoA), tiba2 aja dalam waktu 3 hari, kepala cabang sudah menghubungi kembali dan bilang kalo sudah ada calon pembeli. Tanpa pikir panjang aku tawarkan seharga 350 juta. Padahal kalo diliat dari assetnya, jumlahnya ga akan sebesar itu bisa jadi hanya sekitar (20 jutaan), karena aset sewa kontrak dan licenci sudah abis akhir tahun ajaran ini. Tapi aku menyiasatinya dengan cara menjual bisnis ini dengan sewa kontrak selama 1 tahun ke depan (106 jua) dan licenci untuk lima tahun ke depan (100 juta) dan asset (20 juta), dan kita masih dapat keuntungan sebesar kurang lebih 90 jutaan. Akhirnya setelah terjadi tawar menawar diputuskan bahwa harga sepakat adalah sebesar 315 juta, dengan DP sebesar 65 juta yang dibayarkan di awal Mei 2009 dan sisanya akan dilunasi di bulan Juni 2009. Wow...bayangkan aja, transaksi ini terjadi hanya dalam waktu seminggu sejak keputusan bersama ini. Padahal menurut pandangan saya, kupikir ga bakalan ada orang yng mau membeli dengan harga sebesar itu. Tapi apa daya, tampaknya Allah mengabulkan doa dan harapan saya.

Yang mau saya bagi dengan teman2 disini adalah bahwasanya keinginan yang kuat dapat membantu mewujudkan segala keinginan kita. Saya sangat yakin dengan hukum LoA, atau apapun itu namanya. Yang jelas Allah itu bergantung prasangka hamba-Nya. Kalo kita senantiasa optimis maka segalanya akan menjadi mudah atas seijin-Nya. Tetapi sebaliknya, jika bawaannya kita pesimis, maka dunia ini serasa suram bagi kita.

Dan satu hal lagi, kehilangan satu bisnis tidak akan membuat kita hancur, karena yakinlah bahwa Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya. Allah akan senantiasa mencukupkan segala kebutuhan kita di dunia ini. Jika Allah menutup satu pintu rejeki kita, maka yakinlah bahwa Allah akan membukakan pintu2 yang lain yang lebih besar dan lebih banyak lagi.

Pesan saya, jangan mengharapkan rejeki yang besar, tetapi carilah rejeki yang halal dan barakah. ( Lebih baik lagi kalo banyak, halal dan barakah, hehehe.....)