Saturday, December 19, 2009

Gagal Jadi Cleaning Service, Malah Jadi orang Kaya

Disadur dari eramuslim by Fathuddin Jafar

Seorang pemuda tamatan SMA melamar pekerjaan menjadi cleaning cervices di perusahaan paling kesohor di negaranya. Setelah tes dan wawancara, sang pemuda tadi diberi tahu oleh manager SDM perusahaan tersebut bahwa ia dinyatakan lulus. Manager SDM berkata kepadanya : Terkait dengan kapan Anda mulai bekerja dan apa saja yang akan menjadi kewajiban Anda, nanti akan diinformasikan langsung via email.

Mendengar kata “email” itu, sang pemuda tadi berkata dengan santai : Saya gak punya komputer dan gak punya email pak… Lalu, sang manager SDM kaget sambil berkata : Hari gini Anda gak punya email? Yang gak punya email berarti ia mati dan orang mati tidak berhak bekerja. Kalau begitu, Anda dinyatakan gagal. Mendengar ucapan tersebut pemuda yang tadinya terlihat gesit dan semangat itu, tiba-tiba lemas dan terlihat amat kesal bercampur kecewa. Mukanya jadi lesu dan pandangannya jadi ngambang.

Tak lama kemudian, ia pulang sambil menelan kepedihan dalam hati yang tak terhingga. Pupus sudah impian dan cita-citanya untuk bekerja di perusahaan besar itu, hanya gara-gara tidak memiliki saluran komunikasi maya yang bernama “email”.

Dalam perjalanan pulang menuju rumah, sang pemuda itu berfikir dan merenung dalam-dalam apa kira-kira pekerjaan yang mungkin lagi ia lamar. Bekal hidup semakin hari semakin menipis dan bahkan uang yang dimilikinya tak lebih dari 100 ribu rupiah. Ia mulai menimbang dan berkalkulasi. Dalam hatinya berkata : Kalau uang tersebut dijadikan biaya transportasi melamar pekerjaan dan untuk keperluan makanan, paling hanya cukup untuk tiga hari. Tiga hari itu tentulah tidak cukup waktu untuk melamar dan menunggu hasil tesnya. Itupun kalau lulus. Kalau tidak? Yang terjadi adalah, bekal habis, pekerjaanpun tidak dapat.

Setelah berfikir panjang dan merenung dalam-dalam, terbetik dalam hati kecil sang pemuda itu untuk merubah haluan pikirannya, yakni dari mencari kerja menjadi pedagang. Trauma ditolak menjadi kariawan hanya gara-gara tidak punya email, membuat pemuda tersebut semakin kuat dorongannya untuk mencoba berdagang. Bukan hanya banting ster pemikiran, arah jalanpun ia putar dari menuju rumah menjadi menuju pasar.

Setelah keputusan itu diambilnya dengan mantap, ia turun dari kendraan umum yang mengarah ke tempat tinggalnya dan naik kendraan umum lain yang menuju pasar sayur-sayuran dan buah-buahan. Sesampaianya di pasar yang tergolong paling crowded dan becek itu, ia berfikir lagi apa gerangan yang paling pas ia dagangkan dengan modal 75 ribu rupiah sehingga sisanya yang 25 ribu rupiah lagi bisa ia pakai dan manfaatkan untuk transportasi dan biaya makan paling tidak untuk satu hari.

Sebelum memutuskan membeli barang dagangannya, ia berkeliling ke semua pojok dan kios perdagan buah-buahan dan sayur-sayuran yang ada di pasar itu. Tak kurang dua jam lamanya ia berkeliling ke sana dan kemari. Dalam hatinya timbul pertanyaan: pasar sebesar ini, masak brang-barangnya tidak terlalu banyak sehingga sulit melakukan pilihan. Apalagi sayur-sayuran yang ada terlihat tidak terlalu segar.

Melihat kondisi seperti itu ia memberanikan diri bertanya pada seorang pedagang yang sedang duduk-duduk sambil menikmati secangkir kopi di kiosnya : Pak? Mau tanya, ucap anak muda itu. Kalau mau cari buah-buahan atau sayur-sayuran yang segar di sebelah mana ya? Bapak berumur setengah baya itu dengan gembira menjawabnya : Begini dek.. sekarangkan sudah sore.

Buah-buahan dan sayur-sayuran yang segar sudah habis sejak tadi siang. Kalau adik mau yang segar dan baru, nanti malam sekitar jam 23.00 datang lagi. Para pedgang besar dan supplier biasanya datang membawa barang dagangannya ke sini jam segitu. Nanti kamu bisa pilih sepuasnya…

Mendengar keterangan si bapak pemilik kios itu, anak muda itu menghadapi masalah pelik baru, yakni antara menunggu atau pulang dulu ke rumah, nanti jam 23.00 malam baru datang lagi. Menunggu bukanlah pekerjaan yang mudah. Pulang juga bukan pilihan yang baik, karena akan memakan ongkos yang cukup lumayan dan sudah pasti mengurangi modal yang ada. Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk menunggu sampai jam 23.00 di mana suasana pasar akan berubah 180 derajat dari suasana yang dilihatnya saat itu.

Sambil menunggu waktu perdagangan malam tiba, ia menemukan ide yang cukup bagus, yakni diskusi dengan si bapak pemilik kios tadi seputar hal ihwal perdagangan sayur dan buah-buahan. Tujuannya tak lain, kursus kilat berdagang sayur-sayuran atau buah-buahan. Pemilik kios tersebut dengan ramah dan senang hati menerima tawaran anak muda itu.

Diskusipun berjalan serius dan terkadang seram, khususnya saat bapak itu bercerita kondisi sulit waktu menghadapi beberapa kali usahanya bangkrut sehinga ia dan keluarganya jatuh miskin. Namun, kata bapak itu, adik jangan takut karena bersama kesulitan, pasti ada kemudahan. Itu janji Allah, kata bapak tadi, dan bapak merasakannya berkali-kali dalam kehidupan ini. Kesulitan artinya mengundang kemudahan, lanjut bapak tadi. Diskusipun terjadi selama sekitar enam jam, hanya disela shalat magrib dan isya.

Sekarang jarum jam telah menunjukkan angka 23.00. Para pedagang besar muali berdatangan dengan truk-truk yang penuh sesak buah-buahan dan sayur sayuran. Para kuli bongkarpun dengan cekatan dan penuh semangat mengeluarkan barang-barang dari dalam truk-truk besar itu.Tidak sampai dua jam, pasar yang tadinya kosong menjadi tumpukan buah-buahan dan sayur-sayuran segar. Mendadak saja pasar menjadi sangat ramai oleh kehadiran para pedagang yang datang dari berbagai penjuru kota untuk membeli keperluan dagangan mereka dan dijual kembali esok harinya di warung mereka atau disuplai ke pelanggan-pelanggan mereka.

Tak dirasa anak muda itupun larut dengan suasa yang sangat hidup itu. Rasa capek dan ngantukpun hilang. Ia mulai melihat ke sana ke mari sambil memutuskan jenis barang dagangan apa yang akan ia beli. Tiba-tiba matanya tertuju kepada tumpukan tomat segar dan matang, bening dan berwarna kemerah-merahan yang menumpuk di dalam satu kios yang terletak di blok yang berbeda dengan kios seorang bapak yang menjadi trainer dan teman diskusinya saat menungu waktu perdagangan tiba. Akhirnya anak muda itu memutuskan membeli satu boks tomat matang dan segar itu. Ajaibnya, setelah ia tanya kepada sipedagang, harganya pas sejumlah uang yang telah disiapkannya, yakni 75 ribu rupiah. Satu boks itu berisi 25 kg tomat segar dan berkualitas baik.

Akhirnya anak muda itu membeli satu boks tomat matang segar seharga 75 ribu rupiah. Iap segera pulang sambil mencari omprengan menuju rumahnya. Ia sampai ke rumah pas waktu azan subuh berkumandang. Rasa ngantuk ia lawan sekuat tenaganya. Setelah mandi dan berwudhuk, ia putuskan untk tidak meninggalkan kebiasaannya shalat subuh berjamaah di masjid dekat rumahnya, kendati belum tidur sama sekali. Setelah shalat jamaah selesai, seperti biasa, ia membaca dzikir yang disunnahkan Rasul Saw. Setelah itu ia larut dalam doa’. Di antaranya :

Yaa Allah! Engkau Maha Tahu dan hamba tidak tahu sama sekali mana yang lebih baik buat dunia hamba, agama dan akhirat hamba. Jika berdagang ini lebih baik bagi hamba, agama dan akhirat hamba, maka mudahkanlah dan mohon diberkahi, yaa Arhamarrahimiin…

Saat pulang dari masjid menuju rumah, kalkulasi dan feeling bisnisnya mulai tumbuh. Dalam hatinya berkata : 75 ribu rupiah, dibagi 25 kg sama dengan 3 ribu rupaih perkilogramnya. Agar aku tahu harganya di tingkat eceran, aku harus mengecek berapa harga tomat di warung dekat rumahku. Setelah ditanya, pemilik warung itu menjelaskan harganya 6 ribu rupiah perkilogramnya. Mendengar jawaban si pemilik warung itu, ia berkata dalam hatinya : Kalau satu boks tomat yang aku beli tadi malam habis terjual semuanya hari ini, wah… aku bisa dapat keuntungan 100 % dong? Dibeli 3 ribu rupiah dan dijual 6 ribu rupiah perkilonya. Kalau saja aku berjualan 6 hari sepekan berarti sebulan 24 hari. Kalau sehari aku dapat keuntungan 75 ribu rupiah, berarti dalam sebulan aku bisa dapat keuntungan satu juta delapan ratus ribu rupiah. Artinya, dalam sebulan aku mendapat keuntungan 2.400 %. Subhanallah…

Begitulah hitung-hitungan bisnis mulai tumbuh dan berkembang dalam benak anak muda itu. Agar tidak buang-buang waktu, ia segera mengambil sepeda bututnya untuk dijadikan kendraan kelilingnya di daerah tempat tinggalnya sambil membawa satu boks tomat segar dagangannya.

Dengan mengucap basmalah dan penuh tawakkal pada Allah, ia mendayungkan sepedanya sambil berteriak : Tomat segaaarr… ibu-ibu tak perlu jauh-jauh ke warung membelinya… kualitas barangnya terjamin…. Harganya bersaing…. Hampir setiap ibu-ibu mendengar suara aneh itu membuka pintunya dan membeli tomatnya, ada yang seperempat kilo, ada yang setengah kilo dan bahkan ada yang dua kilo.

Di antara para pembeli tomatnya ada seorang ibu yang kaget terheran-heran sambil berkata : Eh? Kamukan anak si Fulan? Bukannya kamu lulus menjadi kariawan perusahaan ternama itu? Kok sekarang malah menjadi pedagang tomat asongan? Kasiaan deh kamu? Anak muda itu tak menjawab pertanyaan ibu itu. Ia hanya tersenyum saja. Dalam hatinya berkata, yang penting aku dapat uang, dari kerja kek, dari dagang keliling kek, yang penting halal dan cukup buat kebutuhan hidupku dan orang tuaku..

Tak terasa anak muda itu berhasil menjual semua barang dagangannya hanya dalam tempo tiga jam saja. Hatinya gembira tak terkira. Artinya, sekitar jam 09.00 pagi dagangannya sudah habis terjual dan ia mendapat keuntungan 75 ribu rupiah, artinya untungnya seratus persen. Semangat bisnisnya semakin meningkat. Tawakkalnya pada Allah semakin besar.

Begitulah kegiatan anak muda itu setiap hari, setiap pekan dan setiap bulan. Uangnya tak terasa semakin banyak. Bahkan usahanya sudah merambah ke berbagai jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Hanya dalam tiga tahun, ia sudah bisa membeli tiga mobil niaga yang digunakan mengirim dagangannya ke berbagai warung dan super market karena ia sudah menjadi supplier handal.

Bersamaan dengan pertumbuhan bisnisnya, tawakkalanya pada Allah semakin tebal. Keyakinannya pada Rasul Saw. semakin besar, sambil berkata dalam hatinya :
Sungguh benar Engkau wahai Rasulullah tercinta, bahwa pintu rezki yang lapang itu ada pada perdagangan, bukan pada kerja dan jadi kariawan.

Sambil meneteskan air mata syukur, ia berkata :

Yaa Robb… sekiranya aku dulu punya “email”, aku diterima jadi clearning cervices di perusahaan besar itu. Paling gajiku standar UMR, alias satu koma dua juta. Itupun setelah beberpa tahun bekerja.

Sekarang, omset bisnisku sehari hampir 10 kali lipat gajiku sebulan… Yaa Allah…Ini adalah cobaan terbesar dalam hidupku apakah aku jadi hamba-Mu yang bersyukur atau kufur. Karena itu, jadikanlah aku hamba-Mu yang bersyukur dan masukkanlah aku ke dalam hamba-hamba-Mu yang saleh.. Aamiiina yaa Robbal ‘alamin…

Sunday, December 6, 2009

Sukses di Properti



Pada kesempatan kali ini, ijinkan aku untuk sedikit berbagi tentang small winning yang kuperoleh dalam beberapa bulan terakhir ini. Hal ini berkaitan dengan transaksi tanah yang kumiliki.

Setahun yang lalu, atau lebih tepatnya 18 bulan yang lalu, saya membeli sebuah tanah kavling di Magelang, kota kelahiran saya. Dahulu memang rencana pembelian tanah itu memang aku niatkan untuk "murni" investasi. Dengan harga pembelian saat itu sebesar 65 juta rupiah dgn rincian uang cash 15 juta dan pinjaman (kredit) 50 juta. Selang berjalan 15 bulan sejak pembelian itu, aku mencoba untuk menjual kembali tanah tersebut. Tapi selama 3 bulan berurutan aku memasarkannya, belum juga laku terjual. Akhirnya dengan sedikit modal sebesar 2.5 juta, aku "menghias" kembali tanah kavling tersebut dengan memondasinya dan meratakannya kembali. Hasilnya dalam satu bulan terakhir ini banyak sekali tawaran yang masuk mulai dari 75 juta sampai dengan 90 juta. Tapi aku tetep keukeh dengan harga 100 juta. Sampai dengan akhirnya ada salah seorang pembeli dari kalimantan yang berminat dengan tanah tsb. Dia membuka tawaran sebesar 90 juta, tapi aku tetap bertahan dengan 100 juta, hingga akhirnya tercapai kesepakatan harga sebesar 95 juta dengan cacatan jumlah itu adalah jumlah bersih yang aku terima, sedangkan biaya balik nama dan pajak ditanggung oleh pembeli.

Ketika aku pulang kampung untuk menyelesaikan transaksi tersebut, dalam sekejab pembeli tersebut langsung membayar dengan cash lewat bank. Tanpa dinyana setelah transaksi tsb, hadir seseorang yang dulu sempat menawar dgn harga 85 juta, dan dia berani dengan tawaran yang lebih tinggi sebesar 110 juta. Wah, ini sebuah kerugian besar tapi mungkin rejeki saya memang bukan sebesar itu. Hehhehehe...

Ternyata bisnis properti sangat bagus sekali, kalo sebelumnya aku hanya mendapatkan teori sekarang aku sudah membuktikannya sendiri. Tak dinyana hanya sekedar bermodal 15 juta dapat tanah seharga 65 juta dan dalam waktu 18 bulan sudah untung +- 30 juta. Bayangkan nilai tsb bila dibandingkan kita menginvestasikan modal kita di bank (deposito), tentunya hasilnya ga bakalan sebesar itu.

Keep positif thinking...

Saturday, December 5, 2009

Oh...Primagama Semeru

Wiii...ternyata lama sekali aku ndak pernah update blog kesayanganku. Ternyata malam ini, setelah melihat kembali nasib blog-ku ini, aku terdorong untuk menambah postinganku. Iseng-iseng sambil melek nonton bola. hehehhehe...


Pada kesempatan kali ini aku akan sedikit berbagi cerita yang mungkin sudah cukup lama tak pernah aku lakukan. Kisah kali ini berkaitan dengan penjualan Primagama Semeru. Hal ini berawal saat Primagama Semeru terbebani oleh biaya kontrakan dan biaya perpanjangan licensi yang jatuh pada waktu yang bersamaan.

Hasil rapat terakhir dengan para pemilik saham, diputuskan bahwa sebanyak 56 % dari total owner berniat untuk melepas saham kepemilikannya karena keberatan dengan penambahan investasi ke bisnis ini. Sedangkan sisanya dengan bulat hati mantap untuk tetap melanjutkan bisnis ini. Sedangkan hasil pembagiannya akan dilakukan setelah tutup tahun ajaran ini.

Ditengah-tengah perjalanan, setelah keputusan bersama itu, aku melakukan itung2an lagi prospek bisnisnya (sesuai saran Mas Donny). Setelah dipikirin siang dan malam, dan menimbang kemampuan keuangan saya, maka dengan sesegera saya mengumpulkan kembali owner2 yang berminat untuk tetap bertahan dalam bisnis ini. Dalam kesempatan itu saya paparkan itung2an saya dan pandangan saya tentang bisnis ini. Saya katakan saja saya tidak sanggup lagi menanggung jalannya bisnis ini (dari sisi keuangan) karena saya masih menanggung juga urusan keuangan Primagama Sawojajar. Disamping itu saya sampaikan juga prospek bisnis ini ke depan dan segala estimasi pendapatan yang akan kita peroleh. Dan hasilnya disepakati bahwa kita akan menjual bisnis ini. Saya sampaikan kepada kepala cabang untuk segera mencari calon pembeli sebelum akhir bulan April kemarin. Hal ini karena di awal Mei kita di deadline untuk segera membayar biaya kontrakan sebesar 106 juta rupiah.

Sejak keputusan bersama itu, aku masih dilanda kebingungan yg sangat besar, karena mikirin dealine pembayaran kontrakan sebesar itu. Mungkin karena terlalu sering dipikirin (LoA), tiba2 aja dalam waktu 3 hari, kepala cabang sudah menghubungi kembali dan bilang kalo sudah ada calon pembeli. Tanpa pikir panjang aku tawarkan seharga 350 juta. Padahal kalo diliat dari assetnya, jumlahnya ga akan sebesar itu bisa jadi hanya sekitar (20 jutaan), karena aset sewa kontrak dan licenci sudah abis akhir tahun ajaran ini. Tapi aku menyiasatinya dengan cara menjual bisnis ini dengan sewa kontrak selama 1 tahun ke depan (106 jua) dan licenci untuk lima tahun ke depan (100 juta) dan asset (20 juta), dan kita masih dapat keuntungan sebesar kurang lebih 90 jutaan. Akhirnya setelah terjadi tawar menawar diputuskan bahwa harga sepakat adalah sebesar 315 juta, dengan DP sebesar 65 juta yang dibayarkan di awal Mei 2009 dan sisanya akan dilunasi di bulan Juni 2009. Wow...bayangkan aja, transaksi ini terjadi hanya dalam waktu seminggu sejak keputusan bersama ini. Padahal menurut pandangan saya, kupikir ga bakalan ada orang yng mau membeli dengan harga sebesar itu. Tapi apa daya, tampaknya Allah mengabulkan doa dan harapan saya.

Yang mau saya bagi dengan teman2 disini adalah bahwasanya keinginan yang kuat dapat membantu mewujudkan segala keinginan kita. Saya sangat yakin dengan hukum LoA, atau apapun itu namanya. Yang jelas Allah itu bergantung prasangka hamba-Nya. Kalo kita senantiasa optimis maka segalanya akan menjadi mudah atas seijin-Nya. Tetapi sebaliknya, jika bawaannya kita pesimis, maka dunia ini serasa suram bagi kita.

Dan satu hal lagi, kehilangan satu bisnis tidak akan membuat kita hancur, karena yakinlah bahwa Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya. Allah akan senantiasa mencukupkan segala kebutuhan kita di dunia ini. Jika Allah menutup satu pintu rejeki kita, maka yakinlah bahwa Allah akan membukakan pintu2 yang lain yang lebih besar dan lebih banyak lagi.

Pesan saya, jangan mengharapkan rejeki yang besar, tetapi carilah rejeki yang halal dan barakah. ( Lebih baik lagi kalo banyak, halal dan barakah, hehehe.....)

Sunday, January 11, 2009

Setahun Green Laundry

Alhamdulillah...Green Laundry sudah berjalan setahun, alhamdulillah Green Laundry masih bisa bertahan di tengah-tengah persaingan usaha laundry sejenis, dan Alhamdulillah Green Laundry masih bisa mempertahankan kualitas dan pelayanannya di tengah-tengah kenaikan harga BBM beberapa waktu yang lalu.

Tak terasa bisnis ini berjalan dengan indah, dari bulan ke bulan omzetnya selalu naik dan marketnya pun semakin luas. Pelanggan pun selalu datang silih berganti, saat pelanggan lama sudah jarang terlihat banyak bermunculan pelanggan-pelanggan baru. Mulai anak SMA, anak kuliahan sampai karyawan bahkan rumah tangga.

Banyak hal sudah dilewati dalam setahun perjalanan ini, mulai kendala bahan baku (sabun, softener, pewangi dan pilicin), kendala karyawan, dan kendala teknis lainnya. Tapi seiring bertambahnya pengetahuan dan pengalaman, semua bisa dihandle.

Alhamdulillah, usaha yang hanya dimulai dengan satu mesin cuci ini sudah bisa menambah jumlah assetnya. Teringat dahulu saat memulainya, pelanggan pertama datang setelah 3 hari buka. Otomotis 3 hari pertama kita belum mendapatkan apa-apa. Satu persatu kendala bermunculan, pakaian luntur, pakaian kena lunturan, listrik mati, PDAM mati, cuaca mendung dan banyak hal lainnya yang membuat aktivitas laundry tidak bisa berjalan dengan optimal. Perlu diketahui saja, dalam menjalankan bisnis laundry ini, sampai sekarang aku belum mampu menyediakan mesin pengering (listrik tidak kuat) sehingga hanya mengandalkan panas matahari. Heheheheheh....walau begitu 1 tahun ini tetap lancar lho....

Tahun 2009 ini, ingin rasanya menggunakan faktor kali untuk mengembangkan bisnis ini, yaitu dengan membuka 1 cabang lagi di tempat lain walau di tahun 2009 ini masih punya tanggungan bisnis lain yang butuh "cairan dana juga". Walau begitu harapan itu tetap saja ada, semoga kesempatan itu datang kepadaku.

*) berharap jadi Juragan Laundry. Hehehehe..........

Birokrasi

Minggu kemarin, aku mencoba untuk mengurus SITU (Surat Ijin Tempat Usaha) dan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) di kantor Dinas Perijinan Kota Malang. Seperti biasa, hari itu aku hanya mengambil formulirnya saja.

Sampai di rumah, aku coba pahami lagi syarat-syarat yang harus aku siapkan untuk melengkapi berkas perijinan itu. Sebenarnya sudah sejak lama ingin mengurus perijinan ini, tapi apa ada aku mesti menunggu sertifikat yang belum jadi di BPN Malang. Karena proses menunggu ini, aku sampai kena tegur dari Satpol PP karena merenovasi rumah (buat usaha) tanpa IMB. Dan akhirnya aku sampai diberi label "tersangka" dan didakwa tindak pidana ringan oleh Dinas Satpol PP. Pengalaman yang seru bagiku menghadapi birokrasi di pemerintahan.

Kupelajari satu persatu syarat yang mesti aku persiapkan, mulai KTP, sertifikat rumah, ijin tetangga, desain bangunan, dan ijin AP (Analisis Planning). Syarat yang cukup bikin ribet diriku, sampai-sampai terlintas dalam pikiranku, "Wuih, mau mbuat bisnis aja ribet. Memakan banyak waktuku saja". Untuk mempermudah proses itu, aku mendelegasikan ke pegawaiku, yang jelas aku sudah menyiapkan semua persyaratannya.

Kita lihat saja esok hari, butuh berapa minggu untuk mengurus perijinan itu. Moga aja ngga akan ditemui pungutan-pungutan liar oleh para pembuat keputusan. I hope....

Wednesday, November 12, 2008

Mahalnya arti seorang karyawan

Selepas lebaran ini, aku dibuat kelimpungan karena secara tiba-tiba salah satu karyawanku memutuskan untuk tidak kembali bekerja lagi. Dan yang membuat aku tambah pusing adalah karena karyawanku yang satu lagi juga memutuskan untuk tidak kembali juga. Hal ini karena mereka berdua adalah tetangga di kampungnya di Magelang. Wuih….puyeng benar saat itu.
Sebelum lebaran aku udah memasang pengumuman kepada pelangganku bahwa Green Laundry hanya tutup selama dua minggu. Akan buka kembali pada tanggal 13 Oktober 2008. Tetapi apa mau dikata sampai dengan tanggal itu, Green Laundry terpaksa masih tutup. Banyak sekali pelanggan yang kecewa karena ketika sampai di depan rumah, keadaannya masih tertutup rapat. Banyak pula yang telepon ke rumah untuk menanyakan kapan mulai buka kembali. Hiks…sedih banget aku melihat loyalitas para pelangganku.
Melihat kondisi ini aku tak tinggal diam, aku meminta bantuan orang tua dan kerabatku untuk mencari karyawan lagi dari Magelang. Pengennya sih dapat dua orang langsung. Tapi apa mau dikata, dengan usaha yang keras, aku hanya mendapatkan satu karyawan aja. Dengan nekad aku memaksakan diri untuk segera membuka kembali usaha Laundry-ku ini. Tepat tanggal 24 Oktober 2008, akhirnya Green Laundry buka kembali. Sambil berjalannya waktu, aku tetap mengusahakan kembali agar aku bisa mendapatkan satu karyawan lagi.
Di hari pertama buka, tak disangka hari itu, banyak pelanggan yang langsung mencucikan pakaiannya. Dalam hati sambil tersenyum aku berkata,”Wah…pelanggan lagi dendam nih, mereka rela menyimpan pakaiannnya yang kotor dalam waktu yang cukup lama, hanya untuk menunggu Green Laundy buka kembali”. Alhamdulillah pemasukan di hari pertama itu bisa mencapai +-250 ribu rupiah. Jumlah yang cukup lumayan setelah tutup sekian lama.
Selang beberapa hari, aku berhasil mendapatkan satu karyawan lagi lewat seorang temanku. Alhamdulillah, karyawan ini asli Malang, jadi saban hari ia bisa datang pagi dan pulang sore. Dan yang lebih bikin aku berbangga hati adalah karena kinerja kedua karyawanku yang baru ini sangat bagus. TOP Banget Kerjanya.
Dalam kasus ini, aku jadi berpikir bagaimana cara mengelola karyawan dengan cara terbaik. Aku mencoba lagi mengevaluasi diri dengan segala kekuranganku. Selama ini aku memang tak pernah memarahi karyawan. Berbuat semena-mena

Sunday, November 9, 2008

3 hal krusial

Hari ini, aku mencoba untuk memulai lagi mencintai blog-ku yang udah lama sekali tak pernah di-update. Banyak hal yang ingin sekali aku tuangkan dalam blog-ku ini, tapi karena penyakit malasku sering kambuh, akhirnya sedikitpun tak pernah menyentuh atau membuka blog tercinta ini. Kulihat kembali posting terakhirku, dan kulihat bulan April adalah saat terakhir aku menuangkan curahan hati di blog-ku ini.
Kumulai saja ceritanya, akhir-akhir ini aku sangat dipusingkan dengan beberapa hal yang menuntutku untuk berpikir ektra keras. Pertama adalah masalah bisnisku yaitu PRIMAGAMA, kedua adalah keinginan hati yang ingin segera menyelesaikan studi sarjanaku dan terakhir adalah munculnya niat untuk segera mengakhiri masa lajangku.

Bisnis…
Yup, inilah yang paling membuat aku pusing tujuh keliling. Aku harus terjun langsung menangani operasional PRIMAGAMA Sawojajar dan PRIMAGAMA Semeru. Pada dasarnya, bisnis ini masih cukup menjanjikan. Akan tetapi karena kesalahan pengelola sebelumnya menjadikan bisnis ini terancam kolap. Aku mulai membenahi sedikit demi sedikit manajemen pengelolaan uangnya dan membenahi kinerja para karyawannya. Mau tak mau aku juga harus menyuntikkan dana segar untuk menunjang kelangsungan usaha ini. Tidak tanggung-tanggung aku mengalokasikan dana kurang lebih 38 juta dan pinjaman KPR sebesar 130 juta untuk membeli asset berupa rumah. Nilai yang menurutku cukup besar dan sempat membuatku pusing tujuh keliling. Finally, dengan segala daya, upaya dan beberapa bantuan dari kawan-kawan investor (dan tak lupa karena anugerah dari Allah swt), aku dengan perlahan sanggup menata kembali bisnis ini walau dengan nafas terengah-engah. (heheheheh…kayak lomba lari aja).
Menghadapi tahun depan (2009), aku masih menunggu PR yang cukup pelik juga. Hal ini karena aku mesti menyiapkan dana segar untuk perpanjangan licenci PRIMAGAMA Semeru dan perpanjangan kontrak rumahnya. Untuk yang satu ini, sampai dengan saat ini, aku masih mencari-cari cara yang tepat untuk menyelesaikannya. Semoga tahun depan membawa keberuntungan untukku.

Study
Hehehhehe…Kalo bicara studi sarjanaku ini, kayaknya aku harus segera menata niat untuk menyelesaikannya. Aku mengambil studi Teknik Informatika, saat ini adalah tahun kelima aku menempuh studi ini, atau lebih tepatnya semester 9. Semoga di semester depan aku segera bisa menyelesaikan skripsiku dan segera menyusul kawan-kawan seangkatanku yang lebih lulus duluan. Memang sih, semakin lama kuliah bawaannya semakin malas aja. Apalagi semester ini aku fokus mengulang mata kuliah yang belum lulus. Tunggu aja ya…semoga tahun depan dapat segera memakai baju toga agar kedua orang tuaku lega dibuatnya. Go…Go…Go. Semangat…Semangat…Semangat

Menikah
Menikah adalah satu cita-citaku yang ingin segera aku capai dari dahulu sejak awal bekerja. Cuman mungkin karena niat ini tidak didukung usaha yang keras, maka ujung-ujungnya aku malah didahului oleh rekan-rekan seangkatanku yang lain. Ngga papa sih…aku masih berbaik sangka sama Allah swt, kali aja Allah memang belum memberi kesempatan itu. Akupun tak pernah berhenti berusaha untuk mendapatkan wanita idaman itu. Satu hal kenapa aku ingin segera menikah, aku cumin ingin punya teman berbagi untuk study maupun bisnis yang kujalani. Aku butuh partner sejati untuk saling berbagi dan memberi solusi menghadapi persoalan hidup ini. Tak lupa aku ingin menjemput rezeki yang dijanjikan Allah swt bagi orang-orang yang menikah. Mimpi yang sangat indah, walau sampai sekarang belum terpenuhi.
Btw, karena ketiga hal itulah aku dibuat bingung, aku dibuat bingung untuk membuat prioritas yang harus didahulukan. Pengennya sih ketiga-tiga berjalan lancar dan sukses. Hehehhehehe…

Kita tunggu aja kenyataan di lapangan….

Sunday, April 6, 2008

Evaluasi mimpi-mimpi

Setelah menuai ke-belum-berhasilan dari usaha buah segar dan siomay, aku mulai menata ulang semangat dan kepercayaan-diriku yang mulai sedikit redup. Memang hal itu, tidak sampai membuat aku terpukul, tetapi secara tidak langsung tetap mempengaruhi motivasiku dalam berbisnis.
Aku mulai melihat lagi mimpi-mimpiku yang pernah kutulis, dan aku mulai membandingkannya dengan hasil yang sudah kucapai. Miracle...ternyata target 200 juta yang pernah kutulis sudah tercapai dalam kurun waktu 2 tahun. Aku dibuatnya geleng-geleng kepala, karena aku tidak pernah menyadarinya dan aku merasa belum sepenuhnya fokus dengan usaha yang kurintis. Otomatis karena target sudah tercapai, mau ga mau aku harus merevisi ulang target yang pernah kucapai. Dengan percaya diri aku coba memimpikan aset bernilai milyaran, bukan jutaan lagi. Aku ngga perlu malu dengan target yang kutulis, karena toh hanya aku saja yang tahu. Berhasil atau tidaknya hanya aku yang tahu. Hehehehe. The show must go on.
Selanjutnya aku mencoba peruntunganku dengan berdagang pakaian menjelang lebaran. Aku mulai hunting pakaian lewat internet. Dan akupun tetap memberdayakan tante-tanteku di kampung untuk menjualnya secara door-to-door. Setelah melewati lebaran, aku mulai mengevaluasi hasil yang kudapat, ternyata hasilnya aku tetap balik modal tetapi keuntungan hanya berupa pakaian yang belum terjual. Hehehehe...ternyata bisnis kalau tidak ditangani sendiri, hasilnya pun kurang memuaskan.

Thursday, February 21, 2008

Belajar dari Kegagalan

Setelah berjalan beberapa bulan, aku mulai memetik ke-belum-berhasilan dari usaha yang saya rintis. Usaha buah segar lambat laun mulai berjalan di tempat, keuntungan yang didapat hanya cukup untuk membiayai operasional, terlebih 2 karyawan mulai mengundurkan diri dengan cara yang tidak wajar (pamit pulang tapi ngga pernah balik lagi). Sedangkan tanteku yang mengurusi sudah mulai patah arang dan susah dimotivasi lagi, apalagi dia sudah mulai mendapat tawaran pekerjaan. Wuih, ujian yang berat banget. Tapi walaupun kondisi seperti itu, tidak membuatku untuk mundur dari tekadku, aku mulai menyadari dan mengevaluasi apa yang sudah aku lakukan selama ini. Setidaknya aku sudah punya pengalaman secara langsung mendorong gerobak itu mengelilingi kampungku. Hmm....benar-benar pengalaman yang seru untuk menguji nyaliku berjualan.

Usaha siomay dan batagor masih bisa berjalan selama 3 bulan, walaupun hasilnya juga sama saja. Keuntungan hanya cukup untuk menutup biaya operasional, sedangkan karyawanku juga sudah mulai kehilangan semangat karena dagangan sepi terus. Ditambah rekan-rekan pedagang yang lain (satu kelompok dalam pujasera) juga mulai menutup standnya satu persatu. Waduh, mau ngga mau aku dan kedua rekan bisnisku juga mengambil keputusan yang sama untuk menutup usaha kita. "Hmm...kegagalan yang nikmat sekali, setidaknya aku pernah mencobanya", pikirku.

Beberapa hal yang bisa aku ambil dari ke-belum-berhasilan usahaku adalah :
  1. Nikmatilah kegagalan-kegagalan itu sebelum kita merasakan keberhasilannya. Toh kegagalan-kegagalan itu tidak menghancurkan kehidupan kita, dan jumlahnya pun belum mencapai puluhan ataupun ratusan.
  2. Kegagalan itu pasti menjadi rejeki buat orang lain. Setidaknya bisa menjadi ladang beramal buat kita. Contohnya: Kita rugi tapi kita memiliki gerobak, artinya kita bisa memberi rejeki buat si pembuat gerobak. Coba bayangkan kalo kita tidak berani mencoba, apakah si pembuat gerobak itu akan mendapatkan rezeki yang sama.
  3. Kegagalan itu hanya sebuah realitas. Sukses atau gagal adalah realitas, semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
  4. Mencoba untuk Berani atau Berani untuk Mencoba. Kalo aku akan memilih yang kedua, karena ada kekuatan yang lebih "ekstra". Urusan kegagalan, itu hanya proses dari trial dan error. Aku tidak akan menyesal karena kegagalan ini, tapi aku akan menyesal jika aku tidak melakukan kesempatan ini.

Yah, itung-itung ini adalah model pembelajaran yang hebat yang pernah aku lakukan. Setidaknya aku bisa membuktikan dan merasakan pengalaman dari orang-orang yang sudah sukses lebih dahulu. Kalo sebelumnya aku hanya menjadi pendengar dan pembaca yang setia dari para senior-senior entrepeneur, maka setidaknya aku sudah belajar sebagai pelaku entrepeneur. Dan satu hal, aku bener-bener menikmati kegagalan-kegagalan ini, aku merasa puas karena aku berani mewujudkan impianku. Ke depan, pengalaman ini harus menjadi titik tolak bagiku untuk menggapai kesuksesan di masa yang akan datang.

Go for Glory....( Ya Allah, wujudkanlah keinginan dan cita-citaku. Amin )

Tuesday, February 19, 2008

Siomay, batagor, buah segar

Workshop EU memang membawa efek positif buatku. Aku dituntut untuk segera action, jangan hoby mengumpulkan konsep dan ide tanpa mampu merealisasikannya. "Ndak usah mikir untung-rugi, Allah sudah mengatur rezeki tiap manusia", pikirku. Kalaupun kita rugi, pasti ada seseorang yang diuntungkan dengan kerugian kita. Anggap saya rugi/kegagalan adalah sebuah proses untuk menggapai keberhasilan.

Karena aku pernah mengikuti workshop tentang pembuatan Bakso, Siomay, dan Batagor, dan mendapatkan daftar resep pembuatannya maka akhirnya aku bersama ketika rekanku (sama-sama ikut EU) berinisiatif membuka usaha siomay dan batagor. Sebuah ide yang kami anggap nekat, karena kita tidak punya ketrampilan memasak yang hebat. Kita patungan menyewa sebuah tempat di jl Semeru , dan bersama-sama membuat rencana bisnis yang akan kita jalankan. Finally, bisnis itu berjalan dengan sebuah harapan besar dan semangat yang menggebu-gebu.

Siomay dan batagor "AHA"
Pada saat yang hampir bersamaan, aku mencoba menganalisa penjual es dawet dan buah segar. Aku bertanya tentang proses bisnisnya, tentang cara pembuatan dan perhitungan bisnisnya. Para pedagang itu mendapatkan penghasilan antara 25-50 ribu setiap harinya. Hasil yang aku bilang cukup istimewa buat mereka. Kemudian aku mencoba membayangkan pendapatan dari juragannya. Dengan asumsi perhitungan bagi hasil yang sama, juragan akan mendapatkan 25-50 ribu/hari/gerobak. Kalo misalnya saja juragan itu memiliki 5 gerobak saja maka penghasilan dia kurang lebih 125-250 ribu perhari. Wuih, hanya stanby dirumah saja, pendapatannya sudah lumayan. Lalu aku berpikir, kenapa aku tidak mencobanya?

Kemudian aku mengajak om-ku untuk patungan membuat bisnis model ini, dan akupun mengambil pilihan untuk berbisnis buah segar di kampung halamanku. Suatu bisnis yang masih belum familiar di kota kelahiranku. Well, bisnis ini berjalan dengan cuman 2 karyawanku plus bantuan dari tanteku. Harapanku, seharusnya jumlah karyawan adalah 5 orang karena gerobak yang sudah aku buat juga 5. Tetapi karena susah mencari tenaga kerja yang "mau", maka berapapun jumlah yang ada, yang penting jalan dulu. Alhamdulillah...

gerobak dorong buah segar "DIGOE"

Satu hal yang bisa saya ambil kesimpulan adalah ternyata tipikal orang Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat berbeda. Aku melihat orang-orang Jawa Tengah kurang ulet dan daya juangnya masih lemah dibandingkan orang Jawa Timur. Mereka (orang Jawa Tengah terutama anak-anak mudanya) tidak mau "kerjo rekoso (kerja berat)", mereka ingin kerja yang langsung enak dan nyaman. Hmmm....sebuah keinginan yang "umum" namun tidak mudah untuk mencapainya jika hanya bermodalkan keahlian yang tidak seberapa.

berlanjut ...