Tuesday, February 19, 2008

Siomay, batagor, buah segar

Workshop EU memang membawa efek positif buatku. Aku dituntut untuk segera action, jangan hoby mengumpulkan konsep dan ide tanpa mampu merealisasikannya. "Ndak usah mikir untung-rugi, Allah sudah mengatur rezeki tiap manusia", pikirku. Kalaupun kita rugi, pasti ada seseorang yang diuntungkan dengan kerugian kita. Anggap saya rugi/kegagalan adalah sebuah proses untuk menggapai keberhasilan.

Karena aku pernah mengikuti workshop tentang pembuatan Bakso, Siomay, dan Batagor, dan mendapatkan daftar resep pembuatannya maka akhirnya aku bersama ketika rekanku (sama-sama ikut EU) berinisiatif membuka usaha siomay dan batagor. Sebuah ide yang kami anggap nekat, karena kita tidak punya ketrampilan memasak yang hebat. Kita patungan menyewa sebuah tempat di jl Semeru , dan bersama-sama membuat rencana bisnis yang akan kita jalankan. Finally, bisnis itu berjalan dengan sebuah harapan besar dan semangat yang menggebu-gebu.

Siomay dan batagor "AHA"
Pada saat yang hampir bersamaan, aku mencoba menganalisa penjual es dawet dan buah segar. Aku bertanya tentang proses bisnisnya, tentang cara pembuatan dan perhitungan bisnisnya. Para pedagang itu mendapatkan penghasilan antara 25-50 ribu setiap harinya. Hasil yang aku bilang cukup istimewa buat mereka. Kemudian aku mencoba membayangkan pendapatan dari juragannya. Dengan asumsi perhitungan bagi hasil yang sama, juragan akan mendapatkan 25-50 ribu/hari/gerobak. Kalo misalnya saja juragan itu memiliki 5 gerobak saja maka penghasilan dia kurang lebih 125-250 ribu perhari. Wuih, hanya stanby dirumah saja, pendapatannya sudah lumayan. Lalu aku berpikir, kenapa aku tidak mencobanya?

Kemudian aku mengajak om-ku untuk patungan membuat bisnis model ini, dan akupun mengambil pilihan untuk berbisnis buah segar di kampung halamanku. Suatu bisnis yang masih belum familiar di kota kelahiranku. Well, bisnis ini berjalan dengan cuman 2 karyawanku plus bantuan dari tanteku. Harapanku, seharusnya jumlah karyawan adalah 5 orang karena gerobak yang sudah aku buat juga 5. Tetapi karena susah mencari tenaga kerja yang "mau", maka berapapun jumlah yang ada, yang penting jalan dulu. Alhamdulillah...

gerobak dorong buah segar "DIGOE"

Satu hal yang bisa saya ambil kesimpulan adalah ternyata tipikal orang Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat berbeda. Aku melihat orang-orang Jawa Tengah kurang ulet dan daya juangnya masih lemah dibandingkan orang Jawa Timur. Mereka (orang Jawa Tengah terutama anak-anak mudanya) tidak mau "kerjo rekoso (kerja berat)", mereka ingin kerja yang langsung enak dan nyaman. Hmmm....sebuah keinginan yang "umum" namun tidak mudah untuk mencapainya jika hanya bermodalkan keahlian yang tidak seberapa.

berlanjut ...

No comments: